
Buat kamu yang lagi nyari tahu soal dunia sablon, pasti sering nemu istilah waterbase dan oilbase. Dua teknik ini sering banget dipakai dalam produksi kaos, totebag, hoodie, dan lain-lain. Sekilas kelihatan mirip, tapi kalau dilihat lebih dalam, sebenarnya ada banyak banget perbedaannya, mulai dari bahan tinta yang dipakai, hasil cetaknya, sampai cara perawatannya. Nah, biar nggak bingung, yuk kita bahas bareng perbedaan teknik sablon waterbase dan oilbase dengan cara yang santai dan gampang dimengerti.
Apa Itu Sablon Waterbase?
Sablon waterbase adalah teknik sablon yang menggunakan tinta berbahan dasar air. Karena tinta ini menyerap langsung ke dalam serat kain, hasil cetaknya jadi lebih halus, lembut, dan kayak nyatu sama kain. Biasanya, sablon jenis ini cocok banget buat kaos berbahan katun, terutama yang warnanya terang. Salah satu kelebihan waterbase adalah nyaman banget dipakai karena hasil sablonnya nggak tebal dan nggak bikin gerah. Tapi, kekurangannya, warna tinta kurang keluar kalau diaplikasikan ke kain warna gelap. Jadi, kalau kamu pengen desain yang warnanya “nendang” di kaos hitam, waterbase mungkin bukan pilihan terbaik.
Lalu, Apa Itu Sablon Oilbase?
Berbeda dari waterbase, sablon oilbase pakai tinta berbahan dasar minyak, kayak plastisol contohnya. Tinta jenis ini nggak menyerap ke kain, tapi nempel di permukaannya. Hasilnya, sablon jadi terasa lebih tebal dan kelihatan lebih tajam serta mengilap. Cocok banget buat desain yang detail dan warna-warnanya bold. Selain itu, sablon oilbase punya daya tahan yang lebih kuat dibanding waterbase—nggak gampang luntur, dan tetap awet walau udah dicuci berkali-kali. Tapi, karena tintanya berbasis minyak, proses pengeringannya butuh alat khusus kayak heat press. Dari segi lingkungan juga kurang ramah karena mengandung bahan kimia yang lebih sulit diurai.
Perbedaan Teknik Sablon Waterbase dan Oilbase
Nah, sekarang kita masuk ke poin utamanya: apa aja sih perbedaan teknik sablon waterbase dan oilbase? Secara garis besar, perbedaannya bisa dilihat dari beberapa hal berikut:
-
Bahan dasar tinta: Waterbase pakai air, oilbase pakai minyak.
-
Hasil cetak: Waterbase nyerap ke kain, oilbase nempel di atas permukaan.
-
Tekstur sablon: Waterbase lebih lembut dan nyaman, oilbase lebih tebal dan terasa di tangan.
-
Cocok untuk warna kain: Waterbase cocok buat kain terang, oilbase cocok buat semua warna, apalagi gelap.
-
Peralatan: Waterbase bisa kering sendiri, oilbase butuh alat pemanas.
-
Ketahanan: Oilbase umumnya lebih tahan lama dan nggak gampang pudar.
Jadi, Harus Pilih yang Mana?
Jawabannya tergantung kebutuhan kamu. Kalau kamu bikin kaos yang pengennya adem dipakai, desainnya simpel, dan budget-nya terbatas, sablon waterbase bisa jadi pilihan yang oke. Tapi kalau kamu butuh sablon yang warnanya kuat, tajam, dan tahan lama meski dipakai terus-menerus, sablon oilbase jelas lebih cocok. Nggak ada yang paling bagus, karena masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya sendiri. Bahkan sekarang banyak juga vendor sablon yang mulai ngombinasikan keduanya buat dapetin hasil maksimal—misalnya pakai dasar waterbase, terus ditimpa detailnya pakai plastisol (oilbase).
Kesimpulan
Ngerti perbedaan teknik sablon waterbase dan oilbase itu penting banget, apalagi kalau kamu lagi ngerintis bisnis clothing line, distro, atau sekadar pengin bikin kaos komunitas. Dengan tahu karakteristik masing-masing, kamu bisa lebih yakin milih teknik sablon yang paling sesuai. Jadi, jangan asal pilih—pahami dulu kebutuhan dan jenis bahan kaos yang kamu pakai, baru deh tentukan teknik sablonnya!